Pelacuran di kalangan pelajar
Menurut Encyclopaedia Britannica (1973-74), pelacuran dapat didefinisikan sebagai: ”Praktek hubungan seksual sesaat, yang kurang lebih dilakukan siapa saja (promiskuitas), untuk imbalan berupa upah. Dengan demikian pelacuran dikarakteristikkan oleh tiga unsur utama : pembayaran, promiskuitas dan ketidakacuhan emosional”.
Secara keseluruhan dapat diamati bahwa terdapat tiga elemen utama dari pelacuran yang dikenal luas: ekonomi, seksual, dan psikologi (struktur psiko_individual, emosional). Karena kesemua unsur ini terdapat dalam kebanyakan hubungan seksual, persoalan utama yang dipedebatkan terletak pada bagaimana seorang pelacur dapat dibedakan dari perempuan lain. Satu definisi menempatkan pelacur di bawah isu pekerjaan, kelangkaan akan pelayanan dan keterampilan seksual serta hasrat promiskuitas. Definisi lain menempatkan pelacuran di bawah kebudayaan patriarki. Karena kebudayaan patriarki mendefinisikan seksualitas perempuan di bawah wilayah dominasi pria, yakni untuk melayani kebutuhan pria, tak ada perbedaan dapat ditetapkan antar pelacur dan perempuan lain. Dalam pengertian semacam itu, pelacuran tak dapat diterima sebagai sebuah pekerjaan melainkan hanya sebagai salah satu bentuk penindasan terdahap martabat perempuan.
Kedua definisi tersebut mengandung persoalan yang lahir dari generalisasi berlebihan terhadap aspek ekonomi pelacuran (pemanfaatan dan kelangkaan kecakapan seksual) dan aspek politis pelacuran (dominasi dan keseweng-wenangan pria).
Pelacuran non-keagamaan muncul baik dikalangan kelas yang berkuasa maupun di strata sosial yang lebih rendah di kelas penguasa, pelacuran seringkali tidak dikutuk melainkan dihargai dengan satu dan cara lain. Pada sisi paralel lain dari kaum pelacur yang melayani kelas penguasa adalah mereka yang melayani strata masyarakat lebih rendah. Mereka dapat diidentifikasi, diisolasi dan mengemban stigma sosial. Demikianlah berbagai prubahan historis telah mentransformasikan posisi pelacur istimewa maupun pelacur kalangan rendah.
Dewasa ini pelacuran di kalangan pelajar sudah menjadi rahasia umum. Pelacuran yang biasanya dilakoni oleh wanita dewasa sekarang telah bergeser ke anak pelajar. Bergesernya pelaku pelacuran bisa disebabkan oleh perkembangan jaman, sumber informasi yang terlalu bebas dari dunia luar, dan hilangnya norma dalam masyarakat. Faktor lain yang melatarbelakangi pelacuran pelajar ini adalah faktor ekonomi, kurang pengetahuan tentang seks secara benar, kurang perhatian orang tua, hingga pergaulan.
Umumnya, para pelajar tersebut menjajakan dirinya seusai jam sekolah & yang membuat lebih miris lagi, mereka melakukan hal tersebut dengan masih menggunakkan seragam sekolah. Para lelaki hidung belang yang mengencani mereka mengaku bahwa mereka lebih suka berkencan dengan pelajar tersebut karena tarifnya yang relatif lebih murah dari pelacur dewasa.
Maraknya pelacuran di kalangan pelajar membuat kita yang mendengar dan mengetahuinya menjadi miris. Oleh karena itu, perhatian orang tua dan pergaulan sangat berpengaruh mencegah terjadinya hal tersebut. Agar para pelajar penerus bangsa ini tidak salah jalan dalam menapaki masa depannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar